Faktor utama yang dijadikan dasar penilaian oleh perusahaan untuk menaikkan karir seorang karyawan adalah dari besarnya kontribusi dan ketaatan pada nilai-nilai perusahaan.
Begitulah seharusnya perusahaan menilai seorang karyawan, artinya berharga atau tidaknya seorang karyawan, penting atau tidaknya seorang karyawan dinilai dari tingkat kontribusi dan ketaatannya pada nilai-nilai perusahaan.
Sebagai contoh bila ada beberapa karyawan yang akan resign, apapun alasannya, maka cara untuk menilai karyawan mana yang harus ditahan atau dibiarkan pergi bisa dilihat dari kontribusi dan ketaatannya terhadap nilai perusahaan.
Bagaimana bila kasusnya seperti ini. Ada karyawan yang suka mencari masalah, suka protes, suka mengadu domba, suka menghasut, dan suka ngrasani teman dan atasannya tapi kontribusinya besar.
Di sisi lain ada karyawan yang baik, nurut, jujur, ta’at pada peraturan perusahaan, tapi kontribusinya kecil.
Lalu mana yang dipilih?
Dua-duanya bisa dipilih, berikut uraiannya….
Setiap orang sebenarnya mempunyai potensi yang sama. Kesuksesan bisa diraih oleh semua orang. Demikian juga mengenai kontribusi seorang karyawan.
Setiap karyawan bisa memberikan kontribusi yang besar kepada perusahaan. Semua itu tergantung pada usaha yang gigih dari karyawan itu sendiri, atasan, dan perusahaan.
Sejarah membuktikan banyak orang-orang biasa, bukan siapa-siapa, dan tidak memiliki apa-apa, pada akhirnya menjadi seseorang luar biasa, dibutuhkan banyak orang, dan memiliki apa-apa.
Setiap orang termasuk karyawan bisa berubah. Itu karena kehidupan ini berada pada proses perubahan yang terus menerus. Demikian juga dengan karyawan, bisa berubah jadi baik dan menghasilkan!
Berikutnya adalah peran atasan dan perusahan terhadap kontribusi dan ketaatan karyawan kepada nilai-nilai perusahaan.
70% karyawan akan baik bila atasannya baik. Keteladanan sangat penting untuk diperhatikan. Karena seorang atasan akan diperhatikan oleh anak buahnya mulai dari bagaimana keluarganya, perilaku pribadinya dan kata-katanya.
Atasan yang tidak bermoral tidak mungkin menuntun anak buahnya bermoral. Atasan yang tidak jujur tidak mungkin meminta anak buahnya untuk jujur.
Atasan yang tidak etis, yang tidak menghormati nilai-nilai hubungan keluarga, dan pernikahan tidak mungkin dia menjadi atasan yang menganjurkan tentang keluarga yang harmonis.
Atasan yang mempunyai kontribusi yang besar dan taat pada nilai-nilai perusahaan akan dicontoh oleh anak buahnya.
Cara lain seorang atasan untuk membantu meningkatkan kontribusi dan produktivitas anak buahnya adalah melalui proses keterlibatan dengan orang-orang yang dipimpinnya.
Atasan yang Managing By Wandering Around, yang lebih memperhatikan tindakan atau memberi perintah dengan mendatangi karyawan yang dipimpinnya biasanya menghasilkan keterlibatan orang lebih banyak dan itu yang membuat karyawan lebih bersemangat. Berbeda dengan atasan yang position oriented atau atasan yang memberi perintah dari ruangannya.
Bagaimana cara mengukur kontribusi dan ketaatan karyawan pada nilai-nilai perusahaan?
Kontribusi dan nilai-nilai standar perusahaan perlu dikenali sebagai upaya untuk meningkatkan kesuksesan perusahaan dan karir karyawan.
Ada yang berpendapat bahwa kontribusi seorang karyawan dari departemen marketing dan produksi lebih besar dan nyata yaitu dengan melihat volume penjualan dan produksi. Menurutnya, semakin besar volume penjualan dan produksi maka semakin besar kontribusinya untuk perusahaan.
Benarkah seperti itu?
Walaupun tidak sepenuhnya salah, namun anggapan tersebut tidaklah sesederhana itu, karena yang dibutuhkan oleh perusahaan bukan hanya jumlah penjualan dan produksi melainkan keuntungan (profit) dan nilai tambah (value added).
Padahal keuntungan dan nilai tambah tidak hanya bisa diperoleh dengan meningkatkan volume produksi dan penjualan, tapi bisa juga diperoleh dengan menekan biaya, meningkatkan efisiensi, dan mencegah kebocoran.
Tanpa itu semua produk yang diproduksi dan dijual tidak ada nilainya alias sia-sia.
Ada dua hal penting untuk mengukur kontribusi dan ketaatan karyawan pada nilai-nilai perusahaan, yaitu target dan standar nilai-nilai perusahaan. Perusahaan tidak mungkin bisa mengukur kontribusi karyawan tanpa menentukan sebuah target dan tidak bisa melihat apakah orang itu taat pada nilai-nilai perusahaan atau tidak bila perusahaan tidak mempunyai standar nilai.
Nilai-nilai yang dimiliki perusahaan adalah kejujuran, mendahulukan kepentingan dan keselamatan perusahaan, mengutamakan kepuasan dan kebutuhan pelanggan, berorientasi pada masa depan, membangun kebersamaan sebagai sarana untuk membangun kebesaran perusahaan.
Nilai adalah bagian dari sebuah logika tentang bagaimana karyawan menilai pengabdian pada perusahaan. Nilai-nilai yang dimiliki perusahaan harus ada standarnya dan harus dikomunikasikan pada karyawan.
Ketidaktahuan karyawan terhadap standar nilai-nilai yang dimiliki perusahaan, karena terbatasnya sosialisasi akan merangsang terjadinya penolakan terhadap kebijakan itu. Sosialisasi dan penjelasan yang memadai secara terus menerus sampai karyawan mengerti dan memahami adalah sangat perlu dan merupakan keharusan bagi perusahaan.
Bila itu sudah dilakukan oleh perusahaan maka akan bisa dinilai siapa karyawan yang comply pada nilai dan siapa yang tidak.
Dari sisi karyawan, kontribusi itu sesuatu yang tidak bisa dikontrol. Karyawan dinilai dari hasil tapi karyawan tidak bisa menjamin hasil, yang bisa dilakukan oleh seorang karyawan adalah berusaha menjalani proses dengan sebaik-baiknya. Dengan harapan hasilnya akan sesuai dengan yang diharapkan.
Sehingga perlu disusun sebuah proses bisnis yang akan membantu karyawan untuk menghasilkan. Proses bisnis ini sebagai panduan karyawan untuk mengerjakan pekerjaanya sesuai dengan ketentuan perusahaan.
Jadi setiap karyawan harus mempunyai sebuah proses bisnis yang akan membuat mereka mudah menghasilkan. Bila seorang karyawan punya proses bisnis yang efektif, maka dia akan lebih mudah menghasilkan.
Misalnya dia seorang salesman maka prosesnya adalah dia membuat target definiton dulu. Ke mana dia harus jual, tipe pasar apa, berapa besar penyerapan pasar di lingkungan yang ditargetkannya, bagaimana dia mendekatai orang-orang itu, berbicaranya atau penjualannya, dan segala macam. Dia akan belajar menangani penolakan, memperbaiki kualitas pribadinya, laporannya.
Proses bisnis ini menyebabkan pekerjaan orang jadi terukur dan dikenali hasilnya. Dengan proses bisnis, seorang karyawan akan cenderung melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Karena bila mereka tidak melaksanakan pun, tetap akan ada proses untuk mengontrol mereka.
Ada fakta menarik yang menunjukkan bahwa semangat karyawan lebih penting daripada masalah fisik dalam hal kontribusinya. Kalau karyawan bersemangat tinggi, maka kontribusi waktu kerjanya pada perusahaan dan diri sendiri sangat tinggi, apalagi bila waktu kerjanya lebih lama.
Bila ia diberi aturan waktu kerja 40 jam per minggu maka kontribusinya pada perusahaan tetap besar, apalagi bila ia diberi jatah waktu kerja 50 atau 60 jam per minggu, maka kontribusinya lebih banyak lagi.
Perusahaan yang jelas sistemnya, bagaimana orang dikenali kalau menghasilkan, bagaimana orang diberikan sanksi kalau melanggar nilai-nilai standar, maka yang terbentuk adalah sebuah perusahaan yang bersemangat.
Apabila pengelolaan perusahaan menggunakan panduan untuk berkontribusi, maka yang terbangun adalah budaya yang tidak lagi memberi insentif pada orang-orang yang menunggu lama agar karirnya naik.
Perusahaan akan mendahulukan orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berkontribusi. Sehingga setiap karyawan mempunyai kesempatan untuk mempercepat perjalanan karirnya. Caranya dengan memberikan kontribusi dan ketaatan yang tinggi ada perusahaan.
Artikel ini merupakan kontribusi dari guest blogger bernama Wadiyo yang punya blog keren tentang manajemen di www.manajemenkeuangan.net