Masalah gaji memang menjadi salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Gaji yang layak akan memacu seorang pegawai bekerja dengan dedikasi yang baik, sedangkan gaji yang tidak layak tentu akan menyebabkan pegawai menjadi kurang berdedikasi.
Meskipun hal ini telah diketahui secara umum, namun demikian nyatanya banyak perusahaan yang masih semena-mena dalam memperlakukan para pekerjanya. Padahal hal ini jelas kontra produktif baik untuk pekerja maupun untuk perusahaan tempat ia bekerja.
Salah satu fenomena akibat ketidaklayakan gaji adalah adanya keluar masuk pegawai yang frekuensinya begitu tinggi. Gaji yang kecil serta beban tugas kerja yang banyak memang akan membuat para pekerja merasa tidak dihargai dan memutuskan resign sedini mungkin dari perusahaan tersebut. Akibatnya, kestabilan perusahaan pun menjadi terganggu sehingga performanya jauh lebih buruk dibanding berbagai perusahaan lain yang tidak mengalami masalah ini.
Namun demikian, bila gaji yang diberikan terlalu besar, tentu perusahaan juga akan rugi. Dana yang seharusnya bisa digunakan untuk sektor lain terpaksa banyak dihabiskan untuk menggaji pegawai.
Gaji yang terlalu besar juga bisa menyebabkan angka pengeluaran menjadi lebih besar daripada pemasukan. Bagi perusahaan yang masih kecil, mereka bahkan kadang menggaji karyawannya di bawah rata-rata karena untuk menghindari permasalahan ini.
Padahal, seyogyanya memang para pengusaha membayar para pekerjanya sesuai standar yang berlaku.
Adanya standar gai sangat diperlukan dan akan memberikan manfaat baik bagi pengusaha maupun bagi pekerja. Dengan adanya standar yang jelas, akan diredam potensi konflik yang terjadi akibat pertentangan antara perusahaan dan pekerja sebab semuanya memang harus sesuai aturan. Demo-demo dari buruh yang anarkis hingga buruh yang kehidupannya kurang layak bisa dinihilkan dengan standar yang memang tepat.
Keberadaan standar ini juga memungkinkan perusahaan jadi lebih bisa mengatur masalah keuangannya. Sebab, tanpa adanya standar yang jelas, ketidakstabilan bisa terjadi yang mengakibatkan adanya perubahan yang sewaktu-waktu terjadi karena tuntutan para buruh atau tuntutan para pekerja. Jelas hal ini sebaiknya dihindari sehingga iklim yang lebih stabil tercipta untuk mendukung kegiatan usaha yang maju.
Standar jumlah gaji karyawan di Indonesia sendiri sangat tergantung pada beberapa hal. Jadi, kita tidak bisa serta merta mengucapkan berapa standar jumlah gaji untuk karyawan di Indonesia. Gaji minimal karyawan sendiri selanjutnya diatur dalam upah minimum, yang terdiri atas UMP, UMK, dst. Nilai upah minimum ini sendiri bukan mutlak akan selalu diterima karyawan dalam jumlah yang sama karena banyak hal.
Salah satu faktor yang menentukan gaji yang akan diterima sebagai karyawan adalah lokasi karyawan tersebut bekerja. Wilayah-wilayah dengan aktivitas dan perusahaan industri yang tinggi biasanya memiliki standar gaji yang lebih besar dibanding wilayah lain yang aktivitas dan perusahaan industrinya rendah. Sebagai contoh, wilayah seperti DKI Jakarta tentu memiliki standar gaji yang lebih tinggi dibanding wilayah-wilayah di Jawa Tengah seperti Tegal dan Solo.
Perbedaan standar gaji juga bisa diakibatkan oleh nilai KHL yang berbeda untuk setiap wilayah. Sebab, untuk bisa mencukupi kehidupan dengan layak, tentu gaji yang didapatkan harus lebih tinggi atau setidaknya sama dengan KHL.
Standar KHL untuk setiap wilayah di Indonesia sendiri berbeda-beda. Wilayah-wilayah seperti Papua memiliki standar KHL yang lebih tinggi dibanding KHL di wilayah Indonesia bagian barat. Menggunakan standar gaji Indonesia Barat untuk wilayah Papua jelas tidak manusiawi sama sekali.
Faktor lainnya yang juga berpengaruh adalah jenis perusahaan tempat karyawan bekerja. Perusahaan yang besar jelas akan menggaji karyawannya lebih tinggi dibanding perusahaan yang kecil. Hal ini tidak mengherankan sebab setiap perusahaan tentu tidak ingin proporsi pengeluaran untuk gaji karyawan terlalu tinggi. Bila hal tersebut terjadi, tentu yang rugi bukan hanya perusahaan, tetapi juga karyawan.
Jenis pekerjaan yang kita lakukan juga akan mempengaruhi gaji yang kita dapatkan. Standar gaji untuk seorang teknisi jelas berbeda dengan standar gaji untuk seorang HRD. Sebab, setiap pekerjaan memiliki tanggung jawab dan beban kerja yang berbeda pula. Menyamakan standar gaji untuk semua jenis pekerjaan jelas merupakan hal yang kontra produktif karena karyawan yang merasa beban kerjanya lebih berat menjadi kurang dihargai.
Namun demikian, untuk satu jenis pekerjaan tersebut, posisi kita di perusahaan itu juga akan memberikan dampak pada gaji yang kita dapatkan.
Standar gaji yang ditetapkan perusahaan pun berbeda untuk setiap posisi yang kita tempati. Sebab, dalam satu jenis pekerjaan biasanya terdapat jenjang karir yang semakin profesional dan juga semakin digaji mahal. Hal ini juga seiring sekata dengan semakin banyaknya tanggung jawab yang harus kita tanggung.
Bahkan, standar gaji karyawan juga akan berbeda sejak saat kita menjalani proses perektrutan. Bagi seorang pelamar fresh graduate, gaji yang ditawarkan biasanya berbeda dengan gaji para pelamar yang sudah berpengalaman. Apalagi, bila pelamar fresh graduate tersebut tidak menunjukkan keahlian yang istimewa dan melamar di perusahaan yang biasa-biasa saja. Bukan tidak mungkin gaji yang didapat tidak sesuai dengan standar gaji dengan jenjang pendidikan yang dimiliki.
Dalam hal ini, negoisasi saat wawancara sangat mempengaruhi perolehan gaji yang kita dapatkan. Bahkan, kita bisa mendapatkan gaji yang melebihi standar bila pada saat proses recruitmen kita bisa menunjukkan bahwa ada yang spesial dari diri kita. Sayangnya, biasanya perusahaan sudah menetapkan standar gaji tersendiri sehingga bila kita meminta gaji yang lebih tinggi malah akan membuat peluang kita diterima di perusahaan tersebut semakin mengecil.
Baca juga artikel tentang Manajemen Penggajian yang Efektif