Apakah Anda ingin melakukan proses perubahan menuju kinerja tim yang lebih optimal? Atau Anda hendak melakukan perubahan perilaku (behavior change) agar Anda tumbuh menjadi pribadi yang lebih sukses dalam pekerjaan?
Dalam perjalanan mengelola kinerja pegawai, ada satu dimensi yang amat vital : yakni kecakapan untuk mendorong dan memotivasi kinerja seseorang individu agar bisa terus berkembang. Sebab tidakkah dunia ini akan lebih indah manakala kinerja setiap anggota tim Anda berada pada level kesaktian yang mumpuni?
Itulah kenapa setiap tim perlu melakukan sesi monitoing dan pemberian umpan balik (feedback) agar masing-masing anggota menjadi lebih ekselen kinerja. Hanya saja proses diskusi mengenai perubahan dan peningkatan kinerja ini acapkali tidak efektif.
Sejumlah pakar perilaku (behavioral expert) menyebut proses perubahan kinerja acap menjadi tidak efektif lantaran diawali dengan pendekatan weakness-based orientation. Sering juga disebut sebagai problem-based orientation. Maksudnya begini : inisiatif perubahan diawali dengan premis bahwa ada yang “salah” dalam diri kita atau organisasi kita. Bahwa diri kita atau organisasi kita memiliki banyak kekurangan (weakness) dan problem.
Untuk itulah kemudian kita melakukan serangkaian action untuk “mengobati” kelemahan diri kita, atau juga untuk mengobati problem yang begitu banyak muncul di organisasi/perusahaan.
Namun sejumlah studi menunjukkan bahwa pendekatan semacam itu acapkali tidak efektif dalam membawa keunggulan kinerja. Sebabnya sederhana : pendekatan tersebut dengan mudah mendorong kita untuk terjebak dalam negative languages and culture.
Kita menghabiskan energi yang begitu banyak dan melelahkan untuk hanya berkutat pada kekurangan, pada kelemahan, pada problem (masalah) yang seolah-olah tak pernah kunjung selesai.
Pendekatan yang beorientasi pada problem dan weakness-based itu juga dengan mudah akan membawa kultur pesimisme dan men-discourage semangat kita atau anggota tim. Kita atau anggota tim pesimis sebab seolah-olah kita memiliki begitu banyak kelemahan, dan organisasi kita penuh dengan problem/masalah. Dalam situasi ini, kita dengan mudah kehilangan inspirasi dan motivasi.
Itulah kenapa kini muncul pendekatan yang secara radikal berbeda dengan pendekatan diatas. Pendekatan ini acap disebut sebagai strenghts-based orientation.
Prinsip dasar dari pendekatan ini adalah : kita akan berhasil menuju ke arah yang lebih baik, jika inisiatif perubahan itu bertumpu pada kekuatan yang telah kita miliki saat ini. Kuncinya adalah ini : focus on your positive strenghts.
Jadi alih-alih menghabiskan energi untuk berfokus pada kekurangan atau pada problem organisasi, kita justru harus mencari elemen kekuatan yang telah ada pada diri kita, atau elemen positif yang telah hadir inside our organization. Alih-alih menggunakan bahasa “root cause of problem”, kita harus menggunakan frasa “root cause of success” untuk melacak kisah keberhasilan yang pasti sudah pernah ada dalam organisasi kita.
Konkritnya : alih-alih meratapi kelemahan diri Anda terus menerus, mengapa tidak mengingat apa kira-kira kekuatan (strenghts) yang ada dalam diri Anda, atau pengalaman positif yang pernah Anda miliki (Anda pasti punya sejumlah kelebihan atau pengalaman positif).
Beragam studi menunjukkan bahwa kinerja individual akan jauh melesat jika kemudian “poin-poin positive” yang sudah ada itu terus diakumulasi, diduplikasi dan terus dimekarkan menuju titik yang optimal.
Dalam konteks organisasi, hal itu juga berlaku. Alih-alih sibuk mendiagnosa problem yang ada dalam divisi/departemen/perusahaan, dan kemudian lelah mengobatinya, maka energi kita justru harus diarahkan untuk menggali “momen-momen positif” atau “fitur kekuatan” yang telah ada dalam unit kerja/perusahaan kita. Lalu ciptakan serangkaian tindakan untuk menduplikasi “momen positif” tersebut, dan terus tumbuhkan fitur kekuatan yang telah ada menuju ke level yang makin maksimal.
Itulah sebabnya, jika kelak Anda melakukan sesi monitoring untuk memantau kinerja tim, maka sebaiknya gunakan pendekatan “stenghts-based approach” ini. Gali apa yang sudah bagus dalam diri tim Anda, atau dalam diri anak buah Anda. Cari cara agar hal-hal yang sudah positif ini bisa terus ditumbuhkan dalam semua proses kerja di tim Anda. Luangkan waktu lebih banyak untuk merayakan keberhasilan (celebrating your team achievement); daripada menyalahkan kondisi sekitar.
Fokus pada apa yang sudah berjalan dengan baik, akan menumbuhkan mindset positif dan spirit optimisme dalam segenap diri anggota tim. Efek optimisme dan positive feeling ini ternyata bersifat menular dan menyebar menjadi semangat kolektif tim. Modal ini dalam kenyataannya merupakan bekal yang amat berharga untuk meraih kesuksesan bersama.