Mengenal Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja

perselisihan pemutusan hubungan kerja

Dunia industri dan kerja selalu dalam keadaan dinamis dan penuh perubahan. Situasi yang sering muncul adalah perselisihan pemutusan hubungan kerja. Dari bisnis kecil hingga skala internasional, perusahaan dipastikan mengalami situasi di mana proses pemutusan kerja tidak berjalan dengan baik. Pada kondissi tersebut, keduanya segera bertemu, negosiasi, dan memutuskan solusi yang tepat agar tidak semakin larut.

Perselisihan semacam itu juga punya efek signifikan pada kinerja dan kualitas karyawan termasuk produktifitas. Misalkan, mereka menemukan bahwa salah satu rekannya mengalami masalah saat berhenti kerja. Mereka berpikir, bagaimana jika terjadi pada diri sendiri sehingga menyita waktu dan tenaga. Di pihak lain, perusahaan juga harus mengalokasikan solusi dan metode penyelesaian yang memberikan keadilan. Perusahaan tidak berharap kehilangan profit dan reputasi rusak karena masalah ini.

Pembahasan berlanjut ke bagaimana menyelesaikan perselisihan yang berkaitan dengan pemutusan kerja. Aspek lain yang berkaitan adalah cara pencegahan konfilk dan proses membangun hubungan yang harmonis di dunia kerja dan bisnis.

Penyelesaian perselisihan pemutusan hubungan kerja

Sebelum lanjut bagaimana cara menuntaskan situasi konflik perselisihan pemutusan hubungan kerja tersebut, anda perlu tahu dari mana masalah berasal. Setiap asap yang muncul selalu ada api terpercik yang berkobar. Yang paling kentara adalah sengketa ini terjadi karena pelanggaran kontrak sehingga pihak yang berselisih merasa dirugikan. Sebenarnya, jika semua berjalan sesuai apa yang tertulis dan telah ditandatangani, pengusaha dan karyawan bisa menerima berdasarkan prinsip legalitas. Selain kontrak, ada pula sengketa karena salah satu pihak melakukan pelanggaran. Apapun sumber konflik, proses penyelesaian harus segera dituntaskan demi keadilan bersama.

Sengketa pemutusan kerja dapat diselesaikan dengan cara mediasi. Ini metode praktis yang memberikan keuntungan dan kemudahan bagi pihak-pihak yang berkonflik. Berbeda dengan prosedur litigasi tradisional yang menyita waktu, mediasi menerapkan pendekatan yang fleksibel dan lebih kolaboratif untuk mencari solusi yang tuntas.

Media memerlukan medium yaitu pihak netral yang mampu menjadi jembatan diantara dua pihak yang berkonflik. Pada umumnya, bisnis dan usaha mempunyai divisi yang khusus berisi orang-orang berpengalaman di bidang hukum. Mereka ditunjuk sebagai representasi dari pihak pengusaha. Karyawan dapat memakai jasa lembaga hukum baik yang gratis maupun berbayar. Selanjutnya, dua pihak menentukan siapa yang jadi mediator di konflik mereka.

Saat proses mediasi, mediator membantu pihak berkonflik dengan memberikan opsi solusi. Secara umum, opsi tersebut berupa kompensasi dalam bentuk uang karena paling mudah diterapkan dan lebih jelas hasilnya. Mediator menjelaskan bahwa dua pihak akan membutuhkan banyak waktu dan biaya ketika harus membawa sengketa ke meja hijau. Kerugian dalam bentuk moneter lebih terukur dan mudah dimengerti. Dari perspektif karyawan, mediator juga membantu pengusaha dan pemberi kerja tentang apa yang terjadi. Pemutusan kerja bisa digagalkan lalu diberikan solusi alternatif seperti pemberian kontrak baru, pelatihan, dan pemulihan jabatan.

Jika mediasi tidak mampu menyelesaikan sengketa, cara lain yang ditempuh yaitu arbitrase. Di proses ini, tidak ada diskusi dan kolaboratif karena hasil akhir adalah keputusan yang diterima dua pihak berdasarkan apa yang ditentukan arbiter netral. Sekilas, arbitrase mirip ketika konflik sudah masuk ruang sidang di mana hakim menjadi pengambil keputusan utama. Tentu saja, masih ada peluang banding, tapi apa yang diputuskan di awal mempunyai kekuatan hukum signifikan.

Arbiter melakukan pengecekan terhadap bukti terkait dan investigasi lanjut untuk mengetahui apa yang terjadi dengan sengketa ini. Pendekatan tersebut lebih formal dan membutuhkan waktu sebab arbiter bertaruh dengan reputasinya. Dua pihak bersengketa membuat surat perjanjian arbitrasi yang menjadi dasar hukum. Apapun keputusan dari proses ini, mereka akan menerimanya.

Pencegahan sengketa pemutusan kerja

Pencegahan perselisihan pemutusan hubungan kerja berperan penting untuk menghindari konflik di kemudian hari dan menjadi bagian dari pengelolaan risiko. Perusahaan membutuhkan rekam jejak yang baik dan terpercaya ketika menjalankan bisnis. Apabila sering terjadi konflik, terutama sengketa yang serius, mereka akan kehilangan reputasi dan membayar lebih ketika ingin meningkatkan kredensial.

Cara pertama untuk mencegah sengketa pemutusan kerja adalah kebijakan yang konsisten, jelas, dan tegas. Perusahaan menetapkan peraturan tenaga kerja yang komprehensif sesuai dengan aturan legal di lokasi di mana bisnis berjalan. Selain itu, mereka juga menerapkan standar kinerja dan prosedur disiplin. Semuanya tertulis pada kontrak.

Karyawan perlu membaca secara menyeluruh apa isi kontrak dan mengetahui semua aturan yang berlaku di perusahaan tersebut. Jika mereka merasa kesulitan memahami apa yang tertulis, perusahaan bisa menyediakan bantuan hukum yang netral. Pada intinya, waspada dan hati-hati lebih penting sebelum memberi tanda tangan pada kontrak.

Selanjutnya, pencegahan dapat dilakukan karena adanya komunikasi yang efektif. Salah paham sering terjadi karena dua pihak salah mengerti suatu hal. Situasi yang sebenarnya sepele lalu berlanjut menjadi besar yang justru membawa banyak masalah. Komunikasi membantu agar karyawan dan perusahaan saling mengerti apa yang masing-masing butuhkan. Umpan balik juga membantu pengusaha untuk meningkatkan kondisi kerja dan memberi respons positif terhadap kinerja.

Hidup berjalan dinamis, yang berlaku pula pada hubungan industri. Solusi di masa lalu belum tentu sesuai di saat sekarang dan membutuhkan cara lain di masa depan. Pada umumnya, dunia kerja memiliki berbagai pelatihan dan pendidikan yang terkait dengan manajemen konflik. Karyawan dan atasan mengerti bagaimana pencegahan yang efektif ketika proses pemutusan kerja menuju fase sengketa. Dengan pencegahan dini, konflik akan terkendali dan memastikan solusi keadilan bagi dua pihak yang bersengketa.

Bukti dan dokumentasi mampu mencegah apapun sengketa di masa depan. Saat konflik, arbiter atau pengadilan membutuhkan bukti otentik tentang kinerja dan tindakan disiplin yang terjadi. Karyawan juga bisa membuat prosedur dokumentasi mandiri yang nantinya sebagai pembanding. Dokumentasi berisi catatan peristiwa, kontrak kerja, dan rekaman apapun yang nyata.

Hubungan harmonis antara karyawan dan pemberi kerja

Karyawan dan perusahaan membutuhkan hubungan yang sehat dan harmonis. Ini adalah aspek yang sangat fundamental karena terkait bagaimana keduanya menemukan titik temu ketika terjadi konflik. Metode yang bisa dipakai yaitu konsep pintu terbuka. Secara ringkas, karyawan mendapat akses ke level manajemen. Mereka memakai akses ini untuk menyesaikan konflik dari level manajemen yang lebih tinggi. Ketika atasan atau supervise langsung tidak mampu memberi solusi yang adil, karyawan mengajukan dukungan dari pihak menajemen yang lebih tinggi diatasanya.

Ketika dua pihak jarang berkomunikasi, situasi konflik akan rentan terjadi. Perusahaan dan dunia kerja sering memberikan ide praktis yang mampu meningkatkan komunikasi.

Untuk tujuan tersebut, manajemen bersama dengan pekerja membuat pertemuan rutin. Mereka bertemu untuk membahas hal-hal formal seperti kinerja, evaluasi, dan rencana bisnis. Selain itu, kesempatan ini juga dapat dimanfaatkan untuk saling berbagi info, menggali ide-ide terbaru, dan menemukan sumber masalah sedini mungkin.

Kesimpulan

Perselisihan pemutusan hubungan kerja memberikan dampak kerugian dari aspek emosi, biaya, dan waktu. Tanpa solusi yang praktis, situasi dapat menjadi kompleks. Dari apa yang telah dijabarkan sebelumnya, konflik di dunia kerja dapat diselesaikan dengan mediasi dan arbitrase sebelum memutuskan ke solusi akhir yaitu pengadilan. Sebelumnya, dua pihak perlu menerapkan metode pencegahan untuk mengurangi risiko sengketa di masa depan.

Kenapa Motivasi Kerja Karyawan Menurun? Perlu Dipahami Penyebab dan Solusinya.

Karyawan yang telah bergabung bersama perusahaan lebih dari setahun bisa saja alami penurunan motivasi. Ada banyak alasan yang menyebabkan motivasi bekerja turun. Hal ini perlu dipahami oleh leader proyek maupun manajer. Kami akan membahas tentang kenapa motivasi kerja karyawan menurun.

kenapa motivasi kerja karyawan menurun

Berdasarkan studi tertentu, 48% karyawan tidak menyukai pekerjaannya. Sebagian besar dari mereka merasakan stress yang berlebihan ketika di kantor. Hanya sedikit sekali karyawan yang betah berada di kantor. Penyebab stress berasal dari banyak hal, seperti teman toksik, leader terlampaui keras, sampai dengan karyawan perlu melakukan multitasking berlebihan.

Jika manajer berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, penting untuk mengetahui akar permasalahan. Memahami akar permasalahan dapat membantu penyelesaian masalah. Alhasil lingkungan kantor yang supportive dapat tercipta.

  1. Progress Kerja Tidak Sesuai Target

Perusahaan selalu memerlukan kinerja baik untuk bisa berkompetisi. Sayangnya tidak semua karyawan bisa terus mendapatkan inovasi dan bekerja memenuhi target. Kesalahan juga bisa saja datang dari lingkungan perusahaan yang mana tidak memberikan penghargaan terhadap karyawan berprestasi.

Adakalanya kesalahan berasal dari perusahaan menetapkan target yang terlalu mustahil dicapai oleh karyawan berprestasinya sekalipun. Semua kondisi tersebut dapat melemahkan motivasi bekerja para karyawan. Motivasi yang telah mengalami penurunan seringkali memberikan progress yang tidak memuaskan.

Atasan tentu lambat laun akan marah dalam menghadapi permasalahan ini. Karyawan yang dianggap kurang progress akan mendapatkan banyak peringatan. Semakin banyak peringatan dan kemarahan kepada karyawan tadi, maka membuat mereka semakin demotivasi.

Tak jarang dari karyawan tersebut yang berpikiran untuk pindah ke perusahaan lain. Perusahaan yang cenderung membuat motivasi karyawan umumnya membuat mereka harus terus membuka rekrutmen baru. Padahal terus-menerus mencari karyawan baru juga membuat sejumlah dana keluar.

  1. Kurang Kejelasan Target yang Diinginkan Perusahaan

Hal lain yang menyebabkan kenapa motivasi kerja karyawan menurun adalah ketidakjelasan target dari perusahaan. Seorang manajer harus mampu memberikan gambaran target yang jelas kepada karyawan. Meskipun trend demand berubah-ubah, tetapi manajer harus tetap dapat menentukan arah tujuan para karyawan. Memang untuk bisa menetapkan target diperlukan analisa matang dan ketajaman naluri bisnis.

Sayang tidak semua manajer dapat mengidentifikasi target dengan jelas. Alhasil karyawan yang tidak paham tentang apa target menjadi tidak semangat dalam bekerja. Mereka cenderung akan mengerjakan tugas yang sama tanpa hasil memuaskan. Tentu saja kebiasan tersebut tidak baik diteruskan karena dapat menghambat perkembangan perusahaan.

Penyebab yang satu ini juga dapat membuat karyawan terhambat dalam mengembangkan skill. Tidak heran seorang manajer perlu bergabung di komunitas bisnis tertentu untuk bisa paham kemana arah trend permintaan menuju. Alhasil mereka lebih mudah dalam menentukan target.

  1. Komunikasi yang Kurang Terjalin

Seluruh karyawan yang berada di perusahaan juga perlu selalu merawat komunikasi. Kelancaran komunikasi membuat proses produksi, penjualan, dan kegiatan lain di perusahaan menjadi lebih sinkron. Alhasil tidak ada kejadian seperti salah produksi barang maupun kesalahpahaman lainnya. Sebuah kesalahan produksi sendiri bisa menjadi hal fatal saat terlanjur memproduksi ribuan barang.

Tidak heran seorang manajer perlu untuk menjaga lingkungan dapat berkomunikasi dengan baik. Apabila terdapat kekeliruan komunikasi maka berusaha cari solusi bersama dengan bagian produksi. Berfokus pada cara menyelesaikan masalah. Jangan justru sibuk mencari siapa yang salah karena kondisi yang demikian dapat membuat lingkungan menjadi tidak kondusif.

Menciptakan lingkungan kerja kondusif memang tidak mudah mengingat karakter teman kerja berbeda-beda. Namun satu hal yang pasti mampu menunjang kondisi adalah perlakukan karyawan sebagai keluarga. Berusahalah mencari tahu cara mendekati rekan kerja berdasarkan karakter masing-masing.

  1. Merasa Invisible di Kantor

Apa kamu pernah merasa menjadi orang invisible di kantor sewaktu internship? Menjadi orang invisible bukan hal menyenangkan. Seorang manajer yang baik akan berusaha untuk memperhatikan setiap karyawan. Terlebih lagi setiap orang menginginkan untuk dihargai. Penghargaan terkecil dapat diberikan dengan mempertimbangkan ide-ide yang diberikan oleh setiap karyawan.

Bahkan kamu juga tetap harus menghargai pendapat dari orang introvert. Orang introvert cenderung kurang komunikasi. Apabila mereka sampai memberikan ide atau berbicara maka mereka telah mengeluarkan energi ekstra. Maka hargai juga orang-orang introvert.

Lingkungan yang selalu peduli satu sama lain akan memacui karyawan nyaman dalam bekerja. Rasa nyaman dapat menunjang performa di kantor. Seorang manajer juga disarankan untuk terus mengajak ngobrol orang yang cenderung introvert di kantor.

  1. Trust Issue

Seorang manajer umumnya punya pengalaman, pengetahuan, dan skill lebih daripada karyawannya. Namun semua kelebihan tersebut justru membuatnya kesulitan dalam mendelegasikan pekerjaan ke karyawan lainnya. Para manajer cenderung kurang mempercayai kemampuan karyawan.

Masalah kurang percaya pada kemampuan karyawan dapat menjadi masalah besar. Karyawan bisa tertekan dan frustasi. Dalam kondisi yang tidak nyaman dapat memicu kemampuan mereka kurang konsentrasi terhadap tugas. Perasaan benci terhadap manajer juga bisa menjadi pemicu karyawan tidak bersemangat mengerjakan tugas.

Sebaiknya manajer mencari tahu dahulu tentang kelemahan, kelebihan, pengalaman, dan skill dari setiap karyawan. Pilih karyawan yang tepat untuk mengerjakan suatu tugas berdasarkan keempat poin tadi. Kemudian bebaskan para karyawan untuk bisa menyelesaikan misi masing-masing.

Apabila dalam meeting manajer bertemu karyawan dengan progress kurang memuaskan, maka berusaha untuk memecahkan bersama tim. Kemudian tekankan kepada seluruh tim kalau menemukan hal yang tidak baik langsung berusaha untuk memperbaiki kondisi tanpa perlu menyalahkan orang tertentu.

  1. Terlalu Banyak Pekerjaan yang Dikerjakan dalam Satu Waktu

Banyak kita temukan seorang karyawan yang mengerjakan banyak tugas dalam satu waktu. Mereka rentan untuk melakukan kesalahan karena otak manusia didesain untuk kerjakan satu pekerjaan. Tak hanya itu, mengerjakan tugas secara bersamaan juga bisa membuat mereka kesulitan dalam mengidentifikasi permasalahan.

Tentu saja semua hal tadi akan membuat performa karyawan kurang memuaskan di mata atasan. Ujung-ujungnya karyawan akan turun tingkat kepercayaan dirinya. Tak jarang dari mereka yang alami kecemasan berlebih. Karyawan yang mengalami hal tersebut disarankan untuk curhat dengan manajer.

Sebaiknya manajer welcome dalam menanggapi permasalahan ini. Upayakan untuk membagi tugas ini dengan karyawan lain yang lebih longgar jadwalnya. Kemudian amati apakah ada perubahan ke arah yang lebih baik untuk karyawan burnout tadi. Kondisi bekerja yang supportive dapat meningkatkan kembali kinerja karyawan.

Apabila pekerjaan berpresure tinggi, setidaknya perusahaan perlu memberikan kompensasi kebebasan dalam bentuk lain. Misalkan saja ke kantor menyediakan makan siang yang mana karyawan bebas memilih makanan mereka. Bisa juga kebebasan dalam mengerjakan tugas ingin di kantor atau dimana pun.

Seorang pemilik bisnis atau manajer harus mengetahui kenapa motivasi kerja karyawan menurun. Mencari tahu penyebabnya juga bukan perkara mudah. Namun tetap harus dilakukan agar karyawan kembali termotivasi dan memberikan kontribusi yang baik terhadap perusahaan. Bagaimanapun perusahaan harus berkompetisi ketat dengan perusahaan serupa lainnya.

Kenapa Kinerja Karyawan Menurun? Pahami Penyebab dan Solusinya

Performa perusahaan atau bisnis dalam menghadapi ketatnya kompetisi sangat dipengaruhi oleh kinerja karyawan. Namun kinerja karyawan bisa saja mengalami penurunan. Ternyata ada beberapa factor yang mempengaruhi kenapa kinerja karyawan menurun. Keseluruhan dari faktor penyebabnya dapat kamu simak berikut.

 

1. Keharusan Menjalankan Multitasking

Hampir sebagian besar dari perusahaan yang ada masih mengharuskan karyawan melakukan multitasking. Bagi mereka, multitasking merupakan sarana yang sangat menunjang untuk peningkatan produktivitas. Namun otak manusia tidak didesain untuk melakukan multitasking. Alhasil tingkat error dalam pengerjaan tugas menjadi lebih tinggi ketika banyak karyawan yang diharuskan menjalankan sistem ini.

Hal tersebut juga sudah dibuktikan dengan banyak penelitian. Pekerjaan seperti multitasking hanya bisa dilakukan saat perusahaan telah menjalankan sistem pengoperasian mesin otomatis. Karyawan hanya bertugas untuk mengawasi jalannya alat-alat tersebut. Tidak heran bila banyak penelitian yang membuktikan bahwa “Multitasking mengganggu produktivitas”.

Banyak dari penelitian tersebut berkesimpulan kalau seseorang bisa saja mencapai target lebih cepat dengan menyelesaikan satu tugas dahulu. Baru setelah tugas itu selesai, orang tadi dapat berpindah ke tugas berikutnya. Orang-orang yang fokus terhadap satu pekerjaan sering kali dapat mengatasi hambatan dalam pekerjaan dengan lebih baik.

2. Stress dan Alami Burnout

Tidak ada pekerjaan yang tidak melelahkan meskipun berkaitan dengan passion seseorang. Pada akhirnya para karyawan tetap bisa merasakan stress dan burnout. Mungkin sebagian besar dari kita telah memahami tentang apa itu dampak stress. Namun istilah burnout memiliki dampak yang lebih parah daripada stress.

Burnout merupakan kondisi dimana karyawan merasakan kecemasan berlebihan akibat pekerjaan yang bertekanan tinggi. Para karyawan yang mengalami hal ini cenderung punya tingkat konsentrasi rendah. Mereka mudah terganggu dalam mengerjakan tugas. Ujung-ujungnya karyawan yang demikian tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.

Karyawan burnout sering kali diharuskan menyelesaikan tugas yang terlalu banyak dalam tenggat waktu sama. Tak jarang mereka terpaksa bekerja lebih dari 8 jam. Lembur yang tidak terhindari setiap kali masuk kantor dapat menyebabkan tubuh kekurangan waktu istirahat. Padahal tubuh yang kekurangan istirahat tidak punya waktu untuk beregenerasi memperbaiki sel rusak. Pada akhirnya daya ingat akan menurun, termasuk konsentrasi.

Solusi terbaik untuk karyawan yang alami burnout adalah berdiskusi dengan atasan. Maka dari itu, seorang atasan yang baik harus dapat menciptakan suasana kondusif sehingga karyawan lain dapat membantu tugas dari karyawan yang alami burnout.

3. Tindakan Toxic

Setiap karyawan pasti mendambakan lingkungan kerja kondusif. Hanya saja tidak semua tempat kerja punya lingkungan yang supportive. Akibatnya mereka terpaksa berhubungan dengan lingkungan kerja yang toxic. Perilaku toxic ini sering kali membuat karyawan produktif menderita. Terlebih lagi ketika ada karyawan toxic yang berusaha untuk melakukan sabotase dan manipulasi. Karyawan produktif tersebut bisa saja mulai tidak betah.

Sebagian besar dari karyawan yang merasa risih dengan kejadian tadi cenderung ingin pindah ke lingkungan kerja baru. Seorang leader yang baik perlu menganalisa dan mencari tahu siapa yang menjadi karyawan toxic. Tidak mudah memang untuk mencari akar tindakan toxic. Namun hal ini perlu dilakukan agar kondisi kantor menjadi kondusif kembali.

Seorang manajer perlu mengetahui cara-cara untuk mengubah lingkungan menjadi supportive juga. Cara pertama ada berusaha memperlakukan seluruh karyawan layaknya manusia. Mereka bukan data atau angka yang bisa diubah dengan mudah seperti robot. Manajer harus berusaha mendekati masing-masing karyawan dan peduli pada mereka. Peduli dalam artian tidak hanya kinerja mereka, melainkan juga mereka secara personal dan karakter.

Berusaha tanamkan kepada seluruh karyawan untuk saling memperbaiki kondisi ketika ada sesuatu yang salah. Beri penghargaan kepada mereka yang berhasil memberikan performa baik. Perlakukan para karyawan layaknya keluarga. Kenyamanan dalam bekerja akan sangat membantu karyawan betah berada di perusahaan dalam waktu lama.

4. Terlalu Sering Meeting

Seorang pemimpin tim perlu mengetahui berapa banyak harus mengadakan rapat. Waktu pelaksanaan meeting tidak disarankan menjadi terlalu sering. Gunakan waktu meeting hanya sebagai sarana untuk memunculkan banyak ide. Anda juga dapat menggunakan meeting sebagai sarana brain storming bersama saat buntu menyelesaikan masalah.

Tidak perlu untuk mengadakan meeting terlalu sering. Paling cepat mengadakan meeting adalah seminggu sekali. Jika tidak ada hal yang terlalu urgen maka disarankan untuk lakukan meeting sebulan sekali. Pelaksanaan rapat yang terlalu sering sendiri dapat menyebabkan produktivitas menurun. Padahal masa globalisasi seperti sekarang, performa dan produktivitas tinggi sangat diperlukan.

Untuk bisa mengerti perkembangan masing-masing karyawan dengan real-time maka manajer bisa memberlakukan sistem upload pekerjaan melalui cloud. Strategi ini jauh lebih baik untuk mengejar produktivitas perusahaan. Manajer juga bisa memantau perkembangan suatu proyek hanya melalui layar laptop dan smartphone.

5. Buruknya Manajemen

Kenapa kinerja karyawan menurun juga bisa disebabkan oleh buruknya manajemen pada tempat kerja. Manajemen yang buruk dapat mempengaruhi motivasi karyawan bekerja. Padahal penting bagi karyawan untuk bisa memberikan yang terbaik bagi kemajuan perusahaan. Seorang manajer tidak boleh terlalu mengekang kebebasan karyawan selama karyawan berhasil membuktikan mereka mampu mencapai target.

Selain itu, seorang manajer perlu tahu cara untuk menjadi manajer yang baik. Manajer yang baik perlu untuk menyelesaikan tugas sendiri dahulu. Setelah menyelesaikan tugasnya, maka ia bertugas untuk memantau kinerja tim. Tata cara mengelola setiap karyawan juga perlu disesuaikan dengan karakter mereka. Setiap orang punya dambaan pemimpin yang khusus. Alhasil seorang manajer perlu pandai dalam menyesuaikan diri terhadap karakter setiap orang yang dipimpinnya.

Kemudian Anda juga perlu tahu cara untuk mendelagasikan pekerjaan kepada masing-masing karyawan. Dibutuhkan kepercayaan untuk bisa mendelegasikan pekerjaan. Anda tidak lagi dapat menyelesaikan pekerjaan dengan mengandalkan diri sendiri. Pencapaian yang besar hanya bisa diperoleh dengan bantuan kerjasama tim. Maka dari itu, seorang manajer yang baik perlu memahami kekuatan, kelemahan, pengalaman, dan skill dari setiap orang yang dikelolanya. Pengetahuan tentang semua itu akan membuat manajer mampu mendelegasikan tugas ke orang yang tepat. Alhasil suatu proyek lebih mudah untuk mencapai goal yang diinginkan.

6. Terlupakan Sense of Belonging

Setiap karyawan juga perlu memiliki rasa kepedulian terhadap performa perusahaan. Bagaimanapun semua yang ada dalam perusahaan adalah bagian dari orang yang mengubah performa perusahaan. Perusahaan perlu untuk menghargai setiap karyawan tanpa membedakan karyawan baru dan lama. Memberikan penghargaan yang tepat kepada karyawan dapat memotivasi mereka untuk memberikan kemampuan terbaik.

Mereka akan merasa jadi bagian dalam suatu perusahaan. Hal ini menjadi salah satu solusi dari pertanyaan kenapa kinerja karyawan menurun. Apabila ada karyawan yang belum mampu menyelesaikan tugas dengan baik maka seorang manajer perlu untuk memberikan pelatihan yang tepat. Pelatihan dapat meningkatkan kemampuan seorang karyawan dalam menghadapi suatu proyek.

Kini Anda sudah memahami kenapa kinerja karyawan menurun dan solusinya. Terapkan pada perusahaan tempat Anda bekerja agar karyawan bisa kembali semangat memajukan perusahaan.