10 KPI Produksi Tambang dan Penjelasannya yang Perlu Diketahui

KPI produksi tambang terdiri dari beberapa poin. Jika sebelumnya sudah membaca contoh KPI pertambangan yang telah kami buat, Anda mungkin sudah punya sedikit gambaran.

Lebih kurang terdapat sepuluh KPI umum yang diterapkan untuk mengukur produktivitas operasional tambang.

Kami akan menjelaskan satu persatu setiap bagian tersebut, silakan simak penjelasan di bawah untuk mengetahuinya.

10 KPI Produksi Tambang dan Penjelasan Lengkapnya

Berikut ini sepuluh indikator lengkap KPI untuk mengukur seberapa produktif aktivitas produksi tambang di suatu perusahaan.

kpi produksi tambang lengkap

Perlu kami sampaikan kembali bahwa ini adalah bagian yang paling mendasar jadi implementasinya bisa saja berbeda antara satu perusahaan dengan yang lain:

1. Jumlah Total Hasil Tambang yang Bisa Didapatkan

Pertama, indikator KPI produksi tambang yang mengukur efisiensi sumber daya alam, yaitu minyak dan gas, dalam periode waktu tertentu.

Dengan menghitung persentase hasil tambang yang diperoleh dibandingkan dengan total potensi yang ada, perusahaan dapat mengevaluasi kinerja operasionalnya.

KPI ini penting untuk mengidentifikasi apakah perusahaan mencapai target produksi yang telah ditetapkan. Adapun acuan untuk bagian ini biasanya dihitung per hari, per bulan, dan per tahun.

2. Jumlah Kendaraan yang Layak Pakai Setiap Tahunnya

KPI ini mengukur jumlah kendaraan operasional yang memenuhi standar keselamatan dan kelayakan untuk digunakan dalam kegiatan pertambangan.

Kendaraan yang layak pakai sangat penting untuk memastikan kelancaran operasional dan efisiensi produksi.

Dengan memantau jumlah kendaraan yang memenuhi syarat setiap tahun, perusahaan dapat merencanakan pemeliharaan dan penggantian kendaraan secara efektif.

3. Kendaraan yang Sudah Harus Pensiun Setiap Tahun

Indikator ini menunjukkan persentase kendaraan dalam armada yang telah mencapai usia atau kondisi di mana mereka tidak lagi efisien atau aman untuk digunakan.

Memantau KPI ini membantu perusahaan dalam merencanakan penggantian kendaraan sebelum mereka menyebabkan masalah operasional atau keselamatan.

Dengan mengetahui berapa banyak kendaraan yang perlu dipensiunkan setiap tahun, manajemen dapat melakukan perencanaan anggaran dan investasi untuk pembelian kendaraan baru.

4. Kendaraan yang Masih Bisa Digunakan Bekerja dalam Kondisi Stabil

KPI produksi tambang ini operamengukur jumlah kendaraan yang masih dapat beroperasi dengan baik tanpa masalah teknis atau keselamatan. Kendaraan dalam kondisi stabil sangat penting untuk memastikan bahwa operasi tambang berjalan lancar dan efisien.

Dengan memantau jumlah kendaraan yang berfungsi dengan baik, perusahaan dapat mengidentifikasi kebutuhan pemeliharaan proaktif dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

Hal ini juga berkontribusi pada keselamatan kerja karena kendaraan yang stabil mengurangi risiko kecelakaan di lokasi tambang. KPI ini mencerminkan efektivitas pengelolaan armada kendaraan oleh perusahaan.

5. Kendaraan yang Sudah Harus Persiapan Perbaikan

Indikator ini menunjukkan persentase kendaraan dalam armada yang memerlukan perbaikan atau pemeliharaan segera untuk menjaga kinerja optimalnya.

Dengan memantau KPI ini, perusahaan dapat melakukan tindakan preventif untuk mencegah kerusakan lebih lanjut atau kegagalan operasional. Persiapan perbaikan yang tepat waktu membantu mengurangi waktu henti kendaraan dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.

6. Jumlah Total Hasil Tambang yang Bisa Diproses Menjadi Bahan Jadi

KPI ini mengukur efisiensi proses pengolahan hasil tambang menjadi produk akhir yang siap dijual. Persentase ini penting untuk menilai seberapa efektif perusahaan dalam mengubah bahan mentah menjadi produk bernilai tinggi.

Tingkat konversi yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu memaksimalkan potensi sumber daya alamnya dan meningkatkan profitabilitas.

7. Hasil Tambang yang Rusak atau Tidak Berkualitas

Indikator ini mencerminkan persentase hasil tambang yang tidak memenuhi standar kualitas dan harus dibuang atau diperbaiki sebelum dijual. Memantau KPI ini sangat penting untuk menjaga reputasi perusahaan di pasar serta kepuasan pelanggan.

Tingkat hasil tambang yang rusak atau tidak berkualitas dapat menunjukkan masalah dalam proses ekstraksi atau pengolahan, sehingga perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas produk akhir.

8. Lahan Baru yang Bisa Diolah Setiap Tahunnya

KPI ini mengukur jumlah lahan baru yang berhasil diidentifikasi dan disiapkan untuk kegiatan eksplorasi dan ekstraksi minyak dan gas setiap tahun.

Memperluas area pertambangan adalah kunci untuk meningkatkan kapasitas produksi dan menjamin keberlanjutan operasi jangka panjang perusahaan.

Dengan memantau lahan baru, manajemen dapat merencanakan investasi dan sumber daya dengan lebih baik untuk eksplorasi selanjutnya. Selain itu, penambahan lahan baru membantu perusahaan tetap kompetitif di pasar energi global.

9. Tingkat Kecelakaan Kerja di Lokasi Tambang

Indikator ini penting untuk mengevaluasi keselamatan kerja di lokasi tambang dengan menghitung jumlah kecelakaan kerja dalam periode tertentu.

Memantau tingkat kecelakaan membantu manajemen memahami efektivitas program keselamatan kerja serta kebijakan kesehatan di tempat kerja.

Tingkat kecelakaan yang rendah menunjukkan lingkungan kerja yang aman, sedangkan tingkat tinggi dapat menandakan perlunya perbaikan dalam pelatihan keselamatan atau prosedur operasional standar.

10. Kedisiplinan Karyawan Tambang Saat Bekerja di Lapangan

KPI ini mengukur sejauh mana karyawan mematuhi aturan dan prosedur kerja selama jam kerja mereka, baik di lapangan maupun di kantor. Kedisiplinan karyawan berpengaruh langsung terhadap produktivitas dan efisiensi operasional perusahaan pertambangan.

Memantau kedisiplinan membantu manajemen mengenali pola perilaku karyawan serta menentukan kebutuhan pelatihan atau intervensi lainnya untuk meningkatkan disiplin kerja.

Demikian penjelasan lengkap mengenai masing-masing poin KPI pertambangan, semoga informasi ini membantu Anda memahami lebih jauh seputar Key performance indicator dalam konteks pertambangan.

Selain itu, Anda juga bisa berkonsultasi dengan konsultan SDM untuk membuatkan KPI khusus dengan detail poin yang lebih detail untuk perusahaan pertambangan Anda.

5 Tantangan Penerapan Metode SMART Indikator Kinerja SDM

Semua perusahaan menginginkan karyawannya mampu bekerja dengan produktif secara konsisten. Berbagai metode diterapkan untuk mencapai tujuan besar, salah satunya seperti penerapan metode SMART indikator kinerja yang sepertinya cukup populer di berbagai ruang lingkup manajemen bisnis dan organisasi.

Metode ini diperkenalkan oleh George T.Doran pada tahun 1981. Beliau mengemukakan konsep ini lewat  makalahnya yang berjudul “There’s a S.M.A.R.T Way to Write Management’s Goals and Objectives”

Sebagai orang yang tertarik mendalami dunia manajemen SDM, Anda mungkin sudah akrab dengan kelima poin yang disampaikan dalam metode ini. Mulai dari Specific (Spesifik), Measurable (Terukur), Achievable (Tercapai), Relevant (Relevan), dan Time-bound (Terikat Waktu).

Kami tidak akan menjelaskan apa definisi masing-masing poin tersebut karena memang sebelumnya sudah pernah dibahas.

Baca dulu: Cara Menentukan SMART Indikator Kinerja

Namun, ada hal penting lainnya yang perlu dibongkar yaitu tantangan atau kendala yang bisa dihadapi saat menerapkan metode ini.

5 Kendala Saat Menerapkan Metode SMART Indikator Kinerja

Tidak ada jalan pintas untuk mencapai efisiensi dan efektivitas produksi atau operasional.

smart indikator kerjaMetode yang sangat mutakhir sekalipun pasti ada tantangannya, kami ingin membantu Anda memahami setiap permasalahan yang muncul dan bagaimana cara menanganinya.

1. Ketidakjelasan dalam Penetapan Tujuan

Salah satu tantangan utama dalam menetapkan tujuan yang spesifik adalah ketidakjelasan. Jika tujuan tidak dirumuskan dengan jelas, maka akan sulit bagi individu atau tim untuk memahami apa yang sebenarnya ingin dicapai.

Tujuan yang ambigu dapat menyebabkan kebingungan dan mengarah pada upaya yang tidak terfokus, sehingga mengurangi kemungkinan pencapaian yang sukses.

Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa setiap tujuan dijabarkan dengan baik dan tidak menyisakan ruang untuk interpretasi yang berbeda (Specific).

Dalam perusahaan biasanya ada visi dan misi. Seperti yang kita ketahui visi adalah tujuan jangka panjang, sedangkan misi adalah langkah-langkah konkret yang akan diambil untuk mencapai tujuan tersebut.

Setiap karyawan dan bagian internal perusahaan wajib memahami hal ini terlebih dahulu, karena ini adalah fondasi yang paling mendasar harus benar-benar kokoh.

2. Ketidakakuratan Data

Pengukuran yang tidak akurat dapat menjadi masalah serius. Jika data yang digunakan untuk mengukur kemajuan tidak valid atau tidak dapat diandalkan, maka hasil evaluasi juga akan menyesatkan.

Ini bisa terjadi karena berbagai faktor, seperti kesalahan dalam pengumpulan data, bias dalam interpretasi, atau penggunaan alat ukur yang tidak tepat. Ketidakakuratan ini dapat menyebabkan keputusan yang salah dan merugikan organisasi.

Lantas bagaimana solusi untuk masalah ketidakakuratan data? Untuk mencapai (Measurable) maka perusahaan bisa melakukan validasi data.

Lakukan pemeriksaan dan validasi data secara berkala untuk memastikan akurasi dan keandalan informasi yang digunakan.

Selain itu, gunakanlah alat dan teknologi yang sesuai untuk pengumpulan dan analisis data, sehingga dapat meminimalkan kesalahan. Berikan pelatihan kepada tim tentang teknik pengumpulan data yang efektif dan cara menganalisisnya dengan benar.

3. Tujuan yang Terlalu Ambisius dan Menekan

Ketika tujuan dianggap menantang tetapi tidak realistis, hal ini dapat menyebabkan frustasi dan demotivasi di kalangan tim.

Jika sumber daya, waktu, atau kemampuan yang dibutuhkan tidak memadai untuk mencapai tujuan tersebut, maka upaya yang dilakukan akan terasa sia-sia.

Oleh karena itu, penting untuk melakukan analisis yang cermat terhadap kondisi dan sumber daya yang tersedia sebelum menetapkan tujuan agar tetap dalam jangkauan dan dapat dicapai dengan usaha yang wajar (Achievable).

4. Ketidakjelasan dalam Peran dan Tanggung Jawab

Saat tujuan yang ditetapkan tidak sesuai dengan tugas dan tanggung jawab individu atau tim, maka akan sulit untuk mencapai hasil yang diinginkan. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan dan kurangnya fokus dalam upaya pencapaian.

Solusinya adalah melakukan peninjauan peran dan tanggung jawab sebelum menetapkan tujuan (Relevant) sesuai dengan penerapan metode SMART.

Pastikan bahwa setiap tujuan yang dirumuskan jelas terkait dengan tugas yang diemban oleh individu atau tim.

Dengan melibatkan karyawan dalam proses penetapan tujuan, organisasi dapat memastikan bahwa tujuan tersebut relevan dan dapat dicapai, serta meningkatkan motivasi dan komitmen terhadap pencapaian sasaran.

Baca juga: Tips Membangun Budaya Perusahaan yang Lebih Baik

 5. Batas Waktu yang Tidak Realistis

Terakhir, saat batas waktu yang ditetapkan terlalu ketat atau tidak mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses, hal ini dapat menyebabkan stres dan tekanan berlebihan pada individu atau tim, serta mengurangi kualitas hasil yang dicapai.

Solusinya adalah menetapkan tenggat waktu yang realistis dengan mempertimbangkan semua variabel yang terlibat. Konsep (Time-bound) diterapkan dengan benar.

Hal ini termasuk kompleksitas tugas dan sumber daya yang tersedia. Selain itu, melakukan analisis risiko dan menambahkan waktu ekstra untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga juga penting. Dengan cara ini, tim dapat tetap fokus dan termotivasi tanpa merasa terbebani.

Baik, itu dia penjelasan mengenai tantangan dalam penerapan metode SMART beserta solusi yang bisa dilakukan. Kami harap penjelasan ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Mengenal Pengembangan SDM dalam Organisasi Serta Pentingnya, Tujuan, dan Strateginya

Pengembangan SDM dalam organisasi adalah elemen krusial yang menentukan keberhasilan suatu entitas, baik itu organisasi non-profit maupun bisnis. Fokus utama dari pengembangan SDM adalah meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi sumber daya manusia sehingga mampu mendukung pencapaian tujuan organisasi.

Dalam konteks ini, tujuan pengembangan SDM, materi pelatihan, dan keterlibatan konsultan pengembangan SDM memainkan peran penting untuk memastikan program yang efektif dan efisien.

Pengertian Pengembangan SDM Menurut Para Ahli

Pengembangan SDM atau Sumber Daya Manusia adalah proses yang terencana dan sistematis untuk meningkatkan kapasitas, kompetensi, dan produktivitas individu dalam sebuah organisasi. Para ahli memiliki berbagai definisi yang dapat membantu untuk memahami konsep ini secara lebih mendalam:

1. Garry Dessler

Menurut Garry Dessler dalam bukunya “Human Resource Management”, pengembangan SDM adalah bagian dari manajemen strategis yang melibatkan pelatihan dan pendidikan karyawan. Dessler menegaskan bahwa organisasi yang berinvestasi pada pengembangan karyawan akan memperoleh peningkatan produktivitas dan loyalitas, yang berkontribusi pada keberhasilan organisasi secara keseluruhan.

2. Kirkpatrick

Kirkpatrick, terkenal dengan Model Evaluasi Pelatihannya, memandang pengembangan SDM tidak hanya sebatas pelatihan, tetapi juga evaluasi efektivitas pelatihan tersebut. Model ini mencakup empat tingkat: reaksi, pembelajaran, perilaku, dan hasil. Pendekatan ini membantu organisasi memastikan bahwa investasi pelatihan memberikan dampak nyata terhadap kinerja karyawan.

3. Peter Drucker

Sebagai “Bapak Manajemen Modern,” Peter Drucker menekankan bahwa SDM adalah aset berharga dalam organisasi. Drucker percaya bahwa pengembangan SDM harus menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi, tanggung jawab, dan pertumbuhan individu. Dengan demikian, organisasi dapat mendorong karyawan untuk berkontribusi lebih besar.

Tujuan Pengembangan SDM dalam Organisasi

Tujuan pengembangan SDM dapat berbeda tergantung pada jenis organisasi, namun secara umum, ada beberapa sasaran utama yang ingin dicapai:

1. Meningkatkan Kompetensi Karyawan

Program pengembangan SDM dirancang untuk meningkatkan keterampilan teknis, manajerial, dan interpersonal karyawan agar lebih siap menghadapi tantangan kerja.

2. Mendukung Tujuan Organisasi

Dalam organisasi bisnis, pengembangan SDM bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing. Sementara itu, di organisasi non-profit, tujuannya lebih berorientasi pada misi sosial.

pengembangan sdm organisasi

3. Meningkatkan Loyalitas dan Kepuasan Karyawan

Investasi dalam pengembangan karyawan tidak hanya meningkatkan kompetensi, tetapi juga membangun rasa memiliki dan loyalitas terhadap organisasi.

Dengan mencapai tujuan ini, organisasi dapat lebih mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan kerja yang dinamis dan tetap kompetitif di pasar.

Materi Pelatihan dan Pengembangan SDM yang Relevan

Materi pelatihan merupakan inti dari pengembangan SDM. Berikut adalah beberapa contoh materi pelatihan dan pengembangan SDM yang dapat digunakan oleh organisasi:

1. Pelatihan Soft Skills

Materi ini mencakup komunikasi, kerja sama tim, kepemimpinan, dan manajemen waktu. Pelatihan soft skills sangat penting untuk meningkatkan efisiensi kerja dan hubungan antar karyawan.

2. Pengembangan Teknis dan Manajerial

Pelatihan ini meliputi penguasaan teknologi terbaru, manajemen proyek, analisis data, dan keterampilan manajerial lainnya yang mendukung peningkatan produktivitas.

3. Pelatihan Khusus Industri

Untuk organisasi dengan kebutuhan khusus, seperti bidang manufaktur atau teknologi, materi pelatihan dapat difokuskan pada keahlian teknis spesifik, seperti penggunaan perangkat lunak tertentu atau teknik produksi modern.

Untuk mempermudah implementasi, organisasi dapat menggunakan sumber daya seperti materi pelatihan dalam format PPT yang dirancang oleh konsultan pengembangan SDM profesional.

Peran Konsultan Pengembangan SDM dalam Organisasi

Konsultan pengembangan SDM adalah mitra strategis yang membantu organisasi merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program pengembangan SDM. Berikut adalah manfaat yang dapat diperoleh dengan melibatkan konsultan profesional:

1. Analisis Kebutuhan Pelatihan

Konsultan membantu organisasi mengidentifikasi kebutuhan spesifik pelatihan berdasarkan analisis pekerjaan dan keterampilan yang diperlukan.

2. Rancangan Program yang Efektif

Dengan pengalaman dan keahlian yang mendalam, konsultan dapat merancang program pelatihan yang sesuai dengan tujuan organisasi dan kebutuhan karyawan.

3. Evaluasi dan Penyempurnaan Program

Konsultan juga bertanggung jawab untuk mengevaluasi keberhasilan program dan memberikan rekomendasi perbaikan untuk pelatihan berikutnya.

Melibatkan konsultan pengembangan SDM memungkinkan organisasi untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dari investasi pelatihan.

Pengembangan SDM dalam Organisasi Non-Profit vs Bisnis

Pengembangan SDM dalam organisasi non-profit dan bisnis memiliki perbedaan mendasar yang dipengaruhi oleh tujuan, sumber daya, dan pendekatan masing-masing. Memahami perbedaan ini penting untuk merancang strategi pengembangan SDM yang efektif sesuai kebutuhan organisasi.  Berikut adalah perbedaannya :

1.Tujuan yang Berbeda

Di organisasi non-profit, pengembangan SDM berfokus pada misi sosial, seperti meningkatkan keterampilan layanan publik dan komunikasi. Sebaliknya, di organisasi bisnis, fokusnya adalah meningkatkan efisiensi dan keuntungan.

2. Sumber Pendanaan

Organisasi non-profit sering mengandalkan donasi dan hibah, sehingga program pelatihannya lebih terbatas. Sementara itu, organisasi bisnis memiliki anggaran yang lebih besar untuk mengadakan pelatihan formal dan profesional.

3. Pengukuran Efektivitas

Organisasi non-profit lebih menekankan pada dampak sosial, sementara organisasi bisnis menggunakan indikator kinerja kuantitatif, seperti ROI dari pelatihan.

Pengembangan SDM dalam organisasi, baik non-profit maupun bisnis, merupakan investasi strategis yang berdampak langsung pada keberhasilan organisasi. Dengan menetapkan tujuan yang jelas, menyusun materi pelatihan yang relevan, dan melibatkan konsultan pengembangan SDM profesional, organisasi dapat meningkatkan kompetensi karyawan sekaligus mencapai tujuan yang diinginkan.

Untuk mempelajari lebih lanjut, unduh modul pelatihan dan materi pengembangan SDM dalam format PPT yang telah dirancang oleh konsultan profesional. Dengan begitu, Anda dapat merancang program pengembangan SDM yang lebih efektif dan sesuai kebutuhan organisasi Anda.